🚧 Mengenang Buah Pahit Peristiwa
Demonstrasi dan Aksi Reformasi Tahun 1998 agar Menjadi Pelajaran Berharga bagi
Mereka yang Gemar Berdemonstrasi
✒ (Renungan Bermakna
sebelum 4 November 2016 M)
✍ Al-Ustadz Abdul
Qodir Abu Fa'izah, Lc -hafizhahullah-
Yakin banyak diantara kita yang masih mengingat peristiwa besar
yang terjadi pada tahun 1998 M yang silam. Peristiwa itu dikenal dengan
"GERAKAN REFORMASI" atau"GERAKAN MAHASISWA INDONESIA 1998"
yang melibatkan ribuan mahasiswa dan beberapa elemen masyarakat di berbagai
daerah. Tak luput dalam aksi dan gerakan demonstrasi tersebut, beberapa elemen
dari berbagai ormas dan organisasi yang memiliki kepentingan yang sama dalam
melengserkan Bapak Presiden Soeharto -rahimahullah- pada saat itu.
Gerakan Reformasi masa itu diwarnai berbagai macam kerusuhan dan
kekacauan dimana-mana, dan muncul berbagai macam kerusakan dan ketimpangan
dalam berbagai sektor akibat dan dampak buruk Gerakan Reformasi kala itu.
Di sana-sini terjadi kericuhan, kegaduhan, penjarahan, kezoliman
dan pembunuhan akibat aksi berdosa itu. Demonstrasi demi demonstrasi pun terus
dilancarkan oleh berbagai pihak baik yang ber-KTP muslim, maupun kafir dengan
berbagai warna dan sukunya.
Berbagai dampak negatif dan kerusakan dari Gerakan Reformasi
1998, pun terus dirasakan oleh masyarakat Indonesia, baik pemerintah, maupun
rakyat. Walaupun sudah terjadi delapan belas tahun silam, dampak buruk tersebut
masih kita rasakan sampai saat ini.
Aksi demonstrasi yang diusung oleh para pejuang reformasi banyak
melahirkan kerusakan sehingga iklim politik menjadi semrawut dan amburadul,
karena banyak yang menyalah artikan makna kebebasan yang mereka serukan.
Kebebasan dalam menyampaikan pendapat semakin tidak beretika.
Banyak demonstran dalam aksinya menyampaikan aspirasi justru berujung pada
kerusuhan, perkelahian dan mencaci maki pemerintah yang semestinya dihormati dan
diluruskan dengan dengan cara-cara yang bertetika, bukan dengan cara-cara
anarkis.
Di dalam aksi itu banyak perbuatan amoral yang muncul dari para
demonstran, mulai dari bakar ban, melempar orang atau fasilitas umum, melawan
aparat, menjelek-jelekkan pemerintah yang berkuasa dengan berbagai macam celaan
pedas yang menurunkan wibawa mereka, dan lainnya.
Sekarang buah apa yang dipetik oleh masyarakat dan pemerintah
dari GERAKAN REFORMASI itu?! Kita semua telah merasakan pahitnya.
Dengan gerakan reformasi itu, banyak pihak yang menungganginya
demi kepentingan golongan dan keyakinannya.
Dengan reformasi, mereka menyuarakan kebebasan dengan
sebebas-bebasnya, sehingga terbukalah semua pintu keburukan, bagaikan badai
tornado yang tak terbendung.
Kini, anda menyaksikan sendiri berbagai badai problema
menghantam negeri ini dan merugikan masyarakatnya, dan terkhusus kaum muslimin.
Kini terbukalah pintu KOMUNIS, yang memanfaatkan isu kebencian kepada mendiang
Presiden Republik Indonesia yang kedua, Bapak Soeharto -rahimahullah- .
Selanjutnya, mereka (kaum komunis) memutarbalikkan fakta bahwa
kaum komunislah yang teraniaya pada masa lalu.
Padahal sejarah telah membuktikan melalui tulisan dari para
sejarawan yang merupakan saksi hidup dan pengakuan korban kebengisan PKI
(Partai Komunis Indonesia) pada masa itu, saat mereka berusaha menguasai negeri
Indonesia yang mayoritas muslim ini.[1]
Alhamdulillan, berkat pertolongan Allah dan usaha para pahlawan
kita, maka makar dan kejahatan mereka dapat dilumpuhkan.
Dampak buruk lainnya dari gerakan reformasi, bermunculannya
agama dan budaya sesat yang dahulu tidak mendapatkan pengakuan resmi di negeri
ini, kini mendapatkan tempat dan dan pengakuan yang semakin membuka pintu
kesesatan bagi masyarakat Nusantara.
Dari realita pahit yang terpetik dari hasil aksi demonstrasi dan
reformasi 1998 M tersebut, kami ingatkan kepada para demonstran yang akan
berangkat berdemo pada tanggal 4 November 2016 M,
"Wahai saudara-saudaraku, sayangilah diri dan bangsa kalian
yang terdiri dari mayoritas muslim. Jauhilah demonstrasi dan hentikanlah
langkahmu. Ketahuilah bahwa demonstrasi bukan dari Islam, bahkan ia adalah alat
perusak bangsa dan agama yang kita tahu bahwa yang pertama kali melakukannya
adalah para pejuang demokrasi yang berjalan bukan di atas bimbingan syariat
Allah.
Jika kalian menganggap bahwa demonstrasi adalah PERJUANGAN alias
JIHAD fi sabilillah, maka ketahuilah bahwa itu bukan cara yang diajarkan dalam
agama kita.
Taruhlah niat anda baik, ingin membela Islam dari kaum penista
agama. Tapi niat yang baik dan ikhlash tidaklah cukup untuk membenarkan suatu
perbuatan, jika cara dan kaifiatnya salah, tidak mencocoki petunjuk Allah dan
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Oleh karena itu, Sahabat mulia Abdullah bin Mas'ud -radhiyallahu
anhu- berkata,
وَكَمْ مِنْ مُرِيْدٍ
لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيْبَهُ
"Alangkah banyaknya orang yang menginginkan kebaikan, tapi
ia tak sempat meraihnya". [HR. Ad-Darimiy dalam Sunan-nya (1/68-69), dan
Bahsyal dalam Tarikh Wasith (hal. 198). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh
Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 2005)]
Kenapa demikian?! Karena tidak mengikuti petunjuk Allah dan
Rasul-Nya. Jadi, niat yang baik tidaklah cukup dalam membenarkan suatu
perbuatan, jika tidak dibarengi dengan ittiba' (keteladanan) terhadap sunnah
(petunjuk) Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Demonstrasi yang dilakoni oleh masyarakat selama ini, walaupun
niatnya baik, tapi caranya tidak benar dan tidak sesuai petunjuk Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam-.
Sebab itu merupakan jalan orang-orang kafir dari kalangan
pejuang-pejuang asas demokrasi yang batil dalam menuangkan aspirasi mereka.
Aksi demonstrasi seringkali disusupi oleh kaum kafir dalam
menambah kerunyaman masalah bagi kaum muslimin dan memperjuangkan kesesatan dan
kebatilan mereka, seperti yang telah kami paparkan dalam contoh kasus kaum
komunis-PKI yang memanfaatkan GERAKAN REFORMASI 1998 M.
"Seorang yang cerdik tidak akan mau jatuh dalam lubang yang
sama."
Selain itu, demonstrasi juga merupakan jalan para pemberontak
dari kalangan sekte sesat KHAWARIJ saat ingin menasihati pemerintah muslim yang
berkuasa, bukan jalannya Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para
sahabatnya. Jalan Islam adalah menasihati pemerintah muslim secara rahasia
melalui para ulama dan pejabat yang dekat dengan pemimpin negara. Merekalah
yang mendatangi, menyurati, dan menghubungi pemimpin negara, bukan setiap orang
berhak berbicara dan menasihati pemerintah muslim di depan publik secara
terang-terangan. Itu bukan cara rahmat!!
Jadi, demonstrasi adalah jalan dakwahnya kaum Khawarij. Lantaran
itu, para ulama kita dari kalangan ahlus sunnah telah lama memberikan
pengingkaran kepada aksi demonstrasi, karena ia membawa kepada berbagai
perusakan dan petaka bagi manusia dan kaum muslimin di atas muka bumi ini.
Para demonstran yang terlibat, ibaratnya seperti yang dinyatakan
oleh Allah –Azza wa Jalla- dalam firman-Nya,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا
تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا
إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ (12) [البقرة : 11 ، 12]
"Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi", maka mereka menjawab, "Sesungguhnya
kami orang-orang yang mengadakan perbaikan". Ingatlah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang membuat KERUSAKAN, tetapi mereka tidak sadar".
(QS. Al-Baqoroh: 2-3)
Kerusakan apa yang ditimbulkan oleh demonstrasi?! Banyak
kerusakan yang timbul darinya, seperti mandegnya sebagian aktifitas, baik yang
berkaitan dengan pendidikan, ekonomi, politik, dakwah, dan lainnya. Jika kita
mau menghitung berapa kerugian masyarakat dalam sehari dengan adanya kegiatan
demo, maka terlalu banyak, dan susah diperkirakan.
Namun kerusakan demonstrasi yang paling besar adalah rusaknya
wibawa pemerintah, bencinya masyarakat kepada mereka sehingga bermuara kepada
PEMBERONTAKAN, melanggar kehormatan, merusak harta benda, pembunuhan, merusak citra
Islam, dan melahirkan kekacauan di dalam negeri kaum muslimin.
Melakukan demo merupakan bentuk pemberontakan non-senjata yang
akan mengantarkan kepada pemberontakan bersenjata, dan fisik.
Demo bukanlah perkara remeh, yang setiap orang boleh berijtihad
di dalamnya! Sebab, ia merupakan bentuk khuruj ala hukkamil muslimin
(pemberontakan kepada penguasa kaum muslimin).
Sedang memberontak kepada penguasa muslim adalah perkara yang
menyelisihi aqidah dan manhaj (pedoman hidup) para sahabat.
Pemberontakan sekecil apapun, itu terlarang; walaupun menghasung
orang dengan ucapan dalam menjelekkan dan melawan pemerintahnya!!
Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin -rahimahullah- berkata
saat menjelaskan hadits Dzul Khuwaisiroh yang mengoreksi Nabi -Shallallahu alaihi
wa sallam-di depan publik,
"Ini merupakan dalil terbesar bahwa pemberontakan terhadap
pemerintah (khuruj alal hukkam, -pen.) bisa dengan senjata, ucapan dan
komentar. Maksudnya, orang ini (Dzul Khuwaisiroh) tidak mengambil senjata
melawan Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-, tapi orang itu hanya
mengingkari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Adapun sesuatu yang disebutkan dalam sebagian kitab-kitab Ahlus
Sunnah bahwa pemberontakan melawan pemerintah adalah pemberontakan dengan
menggunakan senjata, maka yang mereka maksudkan dengan hal itu adalah
pemberontakan akhir lagi terbesar, sebagaimana halnya Nabi -Shallallahu alaihi
wa sallam- menyebutkan bahwa zina bisa mata, telinga, kaki. Tapi zina terbesar
–yang merupakan zina pada hakikatnya- adalah zina farji. Ungkapan seperti ini
dari sebagian ulama', inilah maksud mereka.
Kita tahu betul -berdasarkan konsekuensi tabiat suatu kondisi-
bahwa tak mungkin ada pemberontakan bersenjata, kecuali didahului oleh
pemberontakan dengan menggunakan lisan, dan ucapan. Manusia tak mungkin akan
mengambil senjata untuk memerangi pemerintah, tanpa ada sesuatu yang memancing
emosi mereka. Pasti disana ada sesuatu yang memancing emosi mereka, yaitu
ucapan. Jadi, pemberontakan melawan pemerintah dengan menggunakan ucapan merupakan
pemberontakan pada hakikatnya yang telah ditunjukkan oleh Sunnah dan waqi'
(realita). Adapun Sunnah, maka anda telah mengetahuinya. Adapun realita, maka
sesungguhnya kita telah tahu dengan yakin bahwa pemberontakan bersenjata adalah
cabang (akibat) dari pemberontakan lisan dan ucapan. Karena manusia tak akan
memberontak melawan pemerintahnya, karena hanya sekedar ada yang bilang,
"Ayo jalan, ambil pedang". Mesti disana ada pengantar dan pembukaan
berupa celaan kepada pemerintah, dan menutupi kebaikan-kebaikan mereka.
Kemudian hati pun dipenuhi dengan perasaan marah, dan dendam. Ketika itulah
terjadi bala' (yakni, pemberontakan fisik)". [Lihat Fatawa Al-Ulama'
Al-Akabir fi ma Uhdiro min Dima' fil Jaza'ir (hal. 95-96)]
Menasihati dan mengingkari kemungkaran pemerintah muslim,
bukanlah dengan cara terang-terangan dan kasar melalui aksi demonstrasi. Tapi
memberikan nasihat kepada mereka harus rahasia (empat mata saja).
Nasihat kepada mereka jangan diekpos dan disebar ke masyarakat
lewat media dan mimbar-mimbar.
Inilah yang diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-
dalam sabdanya,
مَنْ َأَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ
لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ فَلا َيُبْدِ لَهُ عَلاَنِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ
فَيَخْلُوْ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فََذَاكَ وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى
اَلَّذِيْ عَلَيْهِ لَهُ.
“Barangsiapa ingin menasihati penguasa dalam suatu perkara, maka
janganlah ia menampakkan secara terang terangan. Akan tetapi hendaknya ia ia
mengambil tangannya agar ia bisa berduaan. Jika ia terima ,aka itulah yamg
diharap, jika tidak maka sungguh ia telah menunaikan tugas yan ada pada
pundaknya”. [HR Ahmad dalam Al-Musnad (3/403-404) dan Ibnu Abi Ashim dalam
As-Sunnah (1096, 1097, 1098). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy
dalam Zhilal Al-Jannah (hal. 514)]
Ibnu An-Nuhhas Asy-Syafi’iy -rahimahullah-berkata, “Seseorang
yang menasehati penguasa hendaknya memilih pembicaraan empat mata bersama
penguasa dibandingkan berbicara bersamanya di depan publik, bahkan diharapkan
(adanya kebaikan) andaikan ia berbicara dengan penguasa secara sirr (rahasia),
dan menasehatinya secara tersembunyi, tanpa pihak ketiga.” [Lihat Tanbih Al-
Ghofilin (hal. 64)]
Selain itu, nasihat yang kita berikan adalah nasihat yang
lembut, bukan celaan dan ucapan kasar. Sebab pemerintah adalah manusia biasa
seperti kita, tak ingin dimarahi dan direndahkan martabatnya.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman saat memberikan petuah kepada
dua orang nabi-Nya ketika keduanya hendak menasihati manusia yang paling kafir
dan zhalim di zamannya,
اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ
بِآيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي (42) اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ
طَغَى (43) فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
(44) [طه : 42 - 45]
"Pergilah kamu (Musa) beserta saudaramu (Harun) dengan
membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku.
Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas;
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS. Thaahaa : 42-44)
Al-Imam Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata saat menafsiri
ayat ini,
"Inti dari komentar para ulama kita bahwa dakwah Nabi Musa
dan Nabi Harus kepada Fir'aun adalah dengan kelemahlembutan, dekat, lagi mudah
agar lebih mengena, mendalam dan manjur bagi hati". [Lihat Tafsir
Al-Qur'an Al-Azhim (5/295) oleh Ibnu Katsir, tahqiq Sami Salamah]
Orang-orang yang melakukan aksi demo telah membuka aib para
penguasa. Ini tiada lain, kecuali penghinaan dan perendahan kepada para
penguasa, yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah.
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
من أجل سلطان الله أجله الله
يوم القيامة
"Barangsiapa yang memuliakan penguasa Allah, niscaya Allah
akan memuliakannya pada hari kiamat". [HR. Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah
(no. 1025). Hadits di-hasan-kan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy
dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah (no. 2297)]
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa memuliakan pemerintah
muslim, walaupun ia banyak melakukan maksiat, baik itu berupa korupsi, kolusi,
dan nepotisme, serta kezholiman. Selama ia muslim, maka kita wajib memuliakan
mereka dan menghormatinya.
Barangsiapa yang merendahkan mereka, maka Allah akan
merendahkannya pada hari kiamat sebagai balasan atas kejelekannya dalam
bermuamalah dengan seorang pemerintah muslim.
Di sebagian negeri-negeri Islam ada yang berkilah dalam
mendurhakai pemerintah muslim bahwa pemerintah kami menerapkan sistem yang
tidak islamiy sehingga kami tak mau taat dan membai'atnya.
Pernyataan seperti ini adalah keliru, sebab jika seorang
pemimpin muslim berkuasa dengan cara tak syar'iy, (seperti berkuasa melalui
pemberontakan, kudeta, demokrasi, dan lainnya), maka seorang wajib
membai'atnya, dan mengakuinya sebagai pemimpin yang harus ditaati dan
dimuliakan!! Adapun kesalahannya, maka dinasihati dengan cara syar'i: lembut,
sopan dan rahasia, bukan diekspos!!
Oleh karena itu, Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin
-rahimahullah- ketika ditanya tentang pemerintah Al-Jaza'ir yang menerapkan
sistem demokrasi, maka beliau menjelaskan bahwa mereka (para pemimpin muslim
Al-Jaza'ir) memiliki hak untuk dibai'at oleh rakyat Al-Jaza'ir.
Andaikan mereka bukan pemimpin dan pemerintah yang sah, maka
tentu Syaikh akan menyatakan bahwa tak ada bai'at bagi mereka.
🚧 Dengar dialog berikut ini yang terjadi
antara Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin dengan para penanya dari
kalanganorang-orang Al-Jaza'ir:
Penanya: Hubungannya dengan pemerintah Al-Jaza'ir –wahai
Syaikh-, sekarang para pemuda (yakni, anggota FIS) yang telah keluar dari
penjara. Kebanyakan diantara mereka masih ada pada mereka sedikit perasaan
dendam sehingga walaupun mereka telah keluar dari penjara, dan telah dimaafkan,
tapi mereka senantiasa berbicara masalah takfir (pengkafiran, dan masalah pengkafiran
pemerintah dengan main tunjuk, dan bahwa Pemimpin (pemerintah) yang ada di
Al-Jaza'ir adalah pemimpin kafir, dan tak ada bai'at baginya, tak perlu
didengar dan ditaati, baik dalam perkara ma'ruf maupun mungkar, karena mereka
(pemuda FIS) ) telah mengkafirkan pemimpin, dan menganggap Al-Jaza'ir sebagai
negara kafir.
Syaikh: Negara Kafir?
Penanya: Betul, negara kafir, wahai Syaikh! Karena mereka
(pemuda FIS) berkata, "Sesungguhnya undang-undang yang ada di Al-Jaza'ir
adalah undang-undang barat, bukan undang-undang Islam". Pertama, apa
nasihat anda kepada para pemuda tersebut? Apakah ada bai'at bagi pemerintah
Al-Jaza'ir, dan perlu diketahui –wahai Syaikh- bahwa pemimpin itu biasa
melakukan umrah, dan menampakkan syi'ar-syi'ar Islam.
Syaikh: Dia sholat atau tidak?
Penanya: Dia sholat, wahai Syaikh!
Syaikh: Kalau begitu, ia (pemimpin) itu muslim.
Penanya: Dia datang kesini (Saudi), dan berumrah sekitar 20 hari
atau sebulan. Dia pernah di Kerajaan Saudi Arabia.
Syaikh: Selama ia masih sholat, maka ia adalah muslim, tak boleh
dikafirkan. Oleh karena ini, Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- tatkala
ditanya tentang pemberontakan melawan pemerintah, maka beliau bersabda,
لاَ مَا صَلَّوْا
"Jangan, selama ia masih sholat". [HR. Muslim dalam
Kitab Al-Imaroh (62)]
Tidak boleh memberontak melawan pemimpin itu, tak boleh
mengkafirkannya!! Barangsiapa yang mengkafirkannya, maka dia (yang
mengkafirkannya) dengan perbuatannya ini menginginkan masalah kembali dari nol.
Baginya ada bai'at, dia adalah pemimpin yang syar'iy". [Lihat Fatawa
Al-Ulama' Al-Akabir fi maa Uhdiro min Dima' fil Jaza'ir (hal. 173-175) karya
Syaikh Abdul Malik Romadhoni Al-Jaza'iri, cet. Maktabah Al-Asholah Al-Atsariyyah,
1422 H].
Terakhir, kami nasihatkan kepada saudara-saudaraku yang diberi
anugerah ilmu agama, bertaqwalah kalian kepada Allah kaitannya dengan umat
Islam Indonesia. Tuntunlah mereka kepada jalan-jalan kebaikan yang diajarkan
dalam Al-Kitab dan As-Sunnah, dan jangan kalian mengarahkan mereka kepada
jalan-jalan keburukan (termasuk demo), lalu akhirnya kalian menjerumuskan
mereka kepada kebinasaan, dan kalian pun bersama mereka menjadi sebab banyaknya
muncul musibah yang menimpa umat ini.
✒ Catatan Kaki:
[1] Kini, PKI berusaha menunggangi REFORMASI 1988 untuk
menyebarkan agama kekafirannya.
Dampak buruk PKI dan usaha-usaha mereka dalam menunggangi
REFORMASI, dapat anda cermati dalam beberapa poin :
1. Adanya usaha dari sebagian pihak mengajukan TUNTUTAN
PENCABUTAN TAP MPRS NO.XXV TAHUN 1966 tentang Pembubaran PKI dan Larangan
Penyebaran Paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.
2. Penghapusan sejarah PENGKHIANATAN PKI DALAM KURIKULUM,
sehingga generasi pelanjut tidak lagi mengenal sejarah kelam PKI.
3. Putra-putri PKI bebas MASUK PARPOL DAN INSTANSI NEGARA
4. Pembuatan BUKU dan FILM pembelaan terhadap PKI.
5. PASCA REFORMASI 1998, Para Narapidana PKI melalui YPKP 65/66
(Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965 / 1966) terus mencari cara untuk
“PEMUTIHAN DOSA PKI”, salah satunya adalah dengan terus mendesak pemerintah
agar mengajukan RUU KKR (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi).
YKPPI 65/66 dimana-mana selalu mengkampanyekan bahwa PKI adalah ”KORBAN KEJAHATAN” bukan ”PELAKU KEJAHATAN”, sekaligus memutar-balikkan fakta dan memanipulasi data serta melemparkan semua kesalahan kepada ”ORDE BARU”.
YKPPI 65/66 dimana-mana selalu mengkampanyekan bahwa PKI adalah ”KORBAN KEJAHATAN” bukan ”PELAKU KEJAHATAN”, sekaligus memutar-balikkan fakta dan memanipulasi data serta melemparkan semua kesalahan kepada ”ORDE BARU”.
6. Pemutarbalikkan SEJARAH PKI
Poin-poin ini gencar diperjuangkan dan dilakukan oleh PKI dan
pendukungnya, pasca REFORMASI 1998, sehingga patut dicurigai jangan-jangan reformasi
1998 tidak lain dan tidak bukan adalah REFORMASI PKI yang ditujukan untuk BALAS
DENDAM, bukan hanya kepada Rezim Orde Baru, tapi juga kepada para ulama, tokoh
dan masyarakat Islam, yang telah ikut andil menghancur-leburkan PKI di tahun
1965. Wallaahu A’lam.
💻 Artikel Terkait:
══════ ❁✿❁
══════
➡ Bergabunglah
dan Sebarkan Dakwah Sunnah Bersama Markaz Ta’awun Dakwah dan Bimbingan Islam ⤵
📮 Join Telegram: http://goo.gl/6bYB1k
📲 Gabung Group WA: 08111377787
🌍 Fb: www.fb.com/taawundakwah
🌐 Web: www.taawundakwah.com
📱 Android: http://bit.ly/1FDlcQo
🎬 Youtube: Ta’awun Dakwah
📒 Hastag: #Fatwa_Ulama
📲 Gabung Group WA: 08111377787
🌍 Fb: www.fb.com/taawundakwah
🌐 Web: www.taawundakwah.com
📱 Android: http://bit.ly/1FDlcQo
🎬 Youtube: Ta’awun Dakwah
📒 Hastag: #Fatwa_Ulama
No comments:
Post a Comment