Kabupaten Sleman (bahasa Jawa: Hanacaraka,
Latin, Sléman)
adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Ibukota kabupaten ini adalah Sleman.
Sleman dikenal sebagai asal buah salak pondoh.
Berbagai perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta sebenarnya secara
administratif terletak di wilayah kabupaten ini, di antaranya Universitas Gadjah Mada dan Universitas Negeri Yogyakarta.
|
Lokasi dan Batas Wilayah
Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di
utara dan timur, Kabupaten Gunung Kidul,Kabupaten
Bantul, dan Kota
Yogyakarta di selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di barat. Pusat
pemerintahan di Kecamatan Sleman,
yang berada di jalur utama antara Yogyakarta - Semarang.
Kondisi Geografis
Bagian utara kabupaten ini merupakan pegunungan,
dengan puncaknya Gunung Merapi di perbatasan dengan Jawa
Tengah, salah satu gunung berapi aktif yang paling berbahaya
di Pulau Jawa. Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur.
Di antara sungai-sungai besar yang melintasi kabupaten ini adalah Kali Progo (membatasi
kabupaten Sleman dengan Kabupaten Kulon Progo), Kali Code,
dan Kali Tapus.
Dengan Pendapatan Asli Daerah Rp. 52.978.731.000,-
(2005) Kabupaten Sleman merupakan kabupaten terkaya di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Sejarah
Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada
Rijksblad no. 11 Tahun 1916 tanggal 15 Mei 1916 yang membagi wilayah Kasultanan
Yogyakarta dalam 3 Kabupaten, yakni Kalasan, Bantul, dan Sulaiman (yang
kemudian disebut Sleman), dengan seorang bupati sebagai kepala wilayahnya.
Dalam Rijksblad tersebut juga disebutkan bahwa kabupaten Sulaiman terdiri dari
4 distrik yakni : Distrik Mlati (terdiri 5 onderdistrik dan 46 kalurahan),
Distrik Klegoeng (terdiri 6 onderdistrik dan 52 kalurahan), Distrik Joemeneng
(terdiri 6 onderdistrik dan 58 kalurahan), Distrik Godean (terdiri 8
onderdistrik dan 55 kalurahan). Berdasarkan Perda no.12 Tahun 1998, tanggal 15
Mei tahun 1916 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sleman. Menurut
Almanak, hari tersebut tepat pada Hari Senin Kliwon, Tanggal 12 Rejeb Tahun Je
1846 Wuku Wayang.
Berdasar pada perhitungan tahun Masehi, Hari Jadi
Kabupaten Sleman ditandai dengan surya sengkala "Rasa
Manunggal Hanggatra Negara" yang memiliki sifat bilangan Rasa= 6,
Manunggal=1, Hanggatra=9, Negara=1, sehingga terbaca tahun 1916. Sengkalan
tersebut, walaupun melambangkan tahun, memiliki makna yang jelas bagi
masyarakat Jawa, yakni dengan rasa persatuan membentuk negara. Sedangkan dari
perhitungan tahun Jawa diperoleh candra
sengkala "Anggana Catur Salira Tunggal". Anggana=6,
Catur=4, Salira=8, Tunggal=1. Dengan demikian dari candra sengkala tersebut
terbaca tahun 1846.
Beberapa tahun kemudian Kabupaten Sleman sempat
diturunkan statusnya menjadi distrik di bawah wilayah Kabupaten Yogyakarta. Dan
baru pada tanggal 8 April 1945, Sri Sultan
Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah Kasultanan
Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei angka 2 (dua). Penataan ini menempatkan
Sleman pada status semula, sebagai wilayah Kabupaten dengan Kanjeng Raden T
umenggung Pringgodiningrat sebagai bupati. Pada masa itu, wilayah Sleman
membawahi 17 Kapenewon/Kecamatan (Son) yang terdiri dari 258 Kalurahan (Ku).
Ibu kota kabupaten berada di wilayah utara, yang saat ini dikenal sebagai desa
Triharjo. Melalui Maklumat Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
5 tahun 1948 tentang perubahan daerah-daerah Kelurahan, maka 258 Kelurahan di
Kabupaten Sleman saling menggabungkan diri hingga menjadi 86 kelurahan/desa.
Kelurahan/Desa tersebut membawahi 1.212 padukuhan.
Pusaka dan Identitas Daerah
·
Kyai
Turunsih
Kabupaten Sleman memiliki tombak "Kyai Turunsih
Tangguh Ngayogyakarto", pemberian dari Raja Yogyakarta, Sri Sultan
Hamengku Buwono X pada Sabtu Kliwon 15 Mei 1999 (Tanggal Jawa, 29 Sapar 1932
Ehe). Penyerahan Pusaka tersebut kepada Bupati Sleman, dikawal 2 bergada
prajurit Kraton Yogyakarta yakni Bregada Ketanggung berbendera Cakraswandana
dan Bregada Mantrijero berbendera Purnamasidi. Pusaka itu dibawa seorang abdi
Keraton Yogyakarta, KRT Pringgohadi Seputra.
Tombak Kyai Turunsih memiliki dhapur (pangkal) cekel
beluluk Ngayogyakarta dan pamor beras wutah (wos wutah) wengkon. Pamor pusaka
itu sesuai kondisi Sleman sebagai gudang berasnya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tombak tersebut memiliki panjang sepanjang kurang lebih 270 cm dan pangkal
sepanjang 49 cm.
Menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X, Tombak Kyai
Turunsih mengisyaratkan laku ambeg paramarta, dijiwai olah rasa
kasih sayang, yang mencakup wilayah se Kabupaten Sleman sebagaimana sebuah
keluarga besar yang harmonis, mulat sarira sesuai hari jadinya
'Anggana Catur Sarira Tunggal' yang terbaca tahun 1846 Jawa. Candra Sengkala
tersebut mengemukakan sikap kearifan tradisional di empat penjuru yang
manunggal pada jiwa kesatuan, yang menjadi unsur kasepuhannya.
·
Salak Pondoh
Salak Pondoh (Sallaca edulis Reinw cv Pondoh) dalam
kajian ilmiah termasuk divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji) dengan sub
divisi Angiospermae (berbiji tertutup). Sedangkan klasifikasi kelasnya adalah
Monocotyledoneae (biji berkeping satu), yang termasuk bangsa Arecales, suku
Arecaceae Palmae (keluarga Palem) dan marga Salacca jenis Salacca edulis Reinw
dengan anak jenis Salacca edulis Reinw cv Pondoh.
Tanaman ini dipilih menjadi flora identitas Kabupaten
Sleman karena merupakan jenis tanaman Salak khas di wilayah Sleman dan telah
menjadi kebanggaan masyarakat Sleman. Awalnya, Partodiredjo, seorang Jogoboyo
desa pada Kapanewon Tempel, pada tahun 1917 menerima kenang-kenangan empat
butir biji salak dari seorang warga negara Belanda yang akan kembali ke
negerinya karena masa tugasnya telah berakhir. Biji Salak yang kemudian ditanam
dan dibudidayakannya dengan baik ternyata menghasilkan buah yang manis dan
tidak sepat, tidak seperti buah Salak yang selama itu dikenalnya. Pada tahun
1948-an tanaman Salak tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh
Muhadiwinarto (putra Partodiredjo) warga Sokobinangun, Merdikorejo, Tempel.
Karena kelebihannya dalam hal rasa, tanaman salak tersebut cepat berkembang
pesat penyebarannya.
·
Burung
Punglor
Burung Punglor (Zootheria Citrina) yang tergolong
Vertebrata marga Zootheria, bangsa passeriformes, suku Turdidae, dan kelas Aves
ini memiliki bulu yang indah. Habitat Punglor adalah hutan sekunder dataran
rendah dan dataran yang memiliki ketinggian hingga 900 M di atas permukaan air
laut.
Di wilayah Sleman, burung yang bersuara merdu ini
berhabitat kebun Salak Pondoh. Dengan makanan utama cacing tanah dan kumbang
(uret), Punglor merupakan predator bagi hama tanaman Salak Pondoh.
Tempat wisata
·
Candi
Prambanan
·
Candi Ratu
Boko
Kecamatan
·
Berbah
·
Depok
·
Gamping
·
Godean
·
Kalasan
·
Minggir
·
Mlati
·
Moyudan
·
Ngaglik
·
Ngemplak
·
Pakem
·
Seyegan
·
Sleman
·
Tempel
·
Turi
Bupati
1. KRT. Pringgodiningrat (1945-1947)
2. KRT. Projodiningrat (1947-1950)
3. KRT. Dipodiningrat (1950-1955)
4. KRT. Prawirodiningrat (1955-1959)
5. KRT. Murdodiningrat (1959-1974)
6. KRT. Tedjo Hadiningrat (1974 / 3
Bulan)
7. Drs. KRT. H. Prodjosuyoto Hadiningrat
(1974-1985)
8. Drs. Samirin (1985-1990)
9. H. Arifin Ilyas (1990-2000)
10. Drs. Ibnu Subiyanto, Akt.
(2000-2009)
11. Drs. H. Sri Purnomo, M.Si.
(2009-2010/Plt Bupati)
12. Drs. H. Sri Purnomo, M.Si.
(2010-2015)
Pranala luar
Tokoh Terkenal
·
Seto
Nurdiantoro,Pesepak Bola Nasional
·
Mbah Maridjan,Juru
Kunci Merapi
·
Mubyarto,Ekonom
Indonesia
·
Leo Sukoto,Uskup
Agung
·
Doni Tata
Pradita,Pebalap Indonesia
·
Muchdi Purwoprandjono,KomJend KOPASSUS
·
Wifqi
Windarto,Pebulu Tangkis Nasional
·
Wahidin Soedirohoesodo,Pahlawan Nasional
Indonesia
·
M. Arief
Budiman,Ilmuwan
·
Sayuti Melik,Pengetik
Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI
·
Eross Candra,Musisi,Personil
Sheila On 7
·
Akhdiyat Duta Modjo,Musisi,Personil Sheila On 7
·
((Darmoyuwono)),
Kardinal Indonesia
Referensi
2. id.wikipedia.org
copas aja lo bang wkwk
ReplyDelete