1 2 3 sayang semuanya

Wednesday, June 29, 2011

PENTINGNYA BAHASA ARAB

PENTINGNYA BAHASA ARAB
http://almanhaj.or.id/content/3102/slash/0


Imam Syafi'i berkata: "Manusia tidak menjadi bodoh dan selalu
berselisih paham kecuali lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab, dan
lebih mengutamakan konsep Aristoteles". [2]



Itulah ungkapan Imam Syafi'i buat umat, agar kita jangan memarginalkan
bahasa kebanggaan umat Islam. Seandainya sang imam menyaksikan kondisi
umat sekarang ini terhadap bahasa Arab, tentulah keprihatian beliau
akan semakin memuncak.

Bahasa Arab berbeda dengan bahasa-bahasa lain yang menjadi alat
komunikasi di kalangan umat manusia. Ragam keunggulan bahasa Arab
begitu banyak. Idealnya, umat Islam mencurahkan perhatiannya terhadap
bahasa ini. Baik dengan mempelajarinya untuk diri mereka sendiri
ataupun memfasilitasi dan mengarahkan anak-anak untuk tujuan tersebut.

Di masa lampau, bahasa Arab sangat mendapatkan tempat di hati kaum
muslimin. Ulama dan bahkan para khalifah tidak melihatnya dengan
sebelah mata. Fashahah (kebenaran dalam berbahasa) dan ketajaman lidah
dalam berbahasa menjadi salah satu indikasi keberhasilan orang tua
dalam mendidik anaknya saat masa kecil.

Redupnya pehatian terhadap bahasa Arab nampak ketika penyebaran Islam
sudah memasuki negara-negara 'ajam (non Arab). Antar ras saling
berinteraksi dan bersatu di bawah payung Islam. Kesalahan ejaan
semakin dominan dalam perbincangan. Apalagi bila dicermati realita
umat Islam sekarang pada umumnya, banyak yang menganaktirikan bahasa
Arab masih. Yang cukup memprihatinkan ternyata, para orang tua kurang
mendorong anak-anaknya agar dapat menekuni bahasa Arab.

KEISTIMEWAAN BAHASA ARAB
1. Bahasa Arab adalah bahasa Al Quran. Allah berfirman:

إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Sesungguhnya Kami telah menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab, supaya
kalian memahaminya.[3]

2. Bahasa Arab adalah bahasa Nabi Muhammad dan bahasa verbal para
sahabat. Hadits-hadits Nabi yang sampai kepada kita dengan berbahasa
Arab. Demikian juga kitab-kitab fikih, tertulis dengan bahasa ini.
Oleh karena itu, penguasaan bahasa Arab menjadi pintu gerbang dalam
memahaminya.

3. Susunan kata bahasa Arab tidak banyak. Kebanyakan terdiri atas
susunan tiga huruf saja. Ini akan mempermudah pemahaman dan
pengucapannya.

4. Indahnya kosa kata Arab. Orang yang mencermati ungkapan dan kalimat
dalam bahasa Arab, ia akan merasakan sebuah ungkapan yang indah dan
gamblang, tersusun dengan kata-kata yang ringkas dan padat.

PETUNJUK URGENSI BELAJAR BAHASA ARAB
1. Teguran Keras Terhadap Kekeliruan Dalam Berbahasa.
Berbahasa yang baik dan benar sudah menjadi tradisi generasi Salaf.
Oleh karena itu, kekeliruan dalam pengucapan ataupun ungkapan yang
tidak seirama dengan kaidah bakunya dianggap sebagai cacat, yang
mengurangi martabat di mata orang banyak. Apalagi bila hal itu terjadi
pada orang yang terpandang. Ibnul Anbari menyatakan: "Bagaimana
mungkin perkataan yang keliru dianggap baik…? Bangsa Arab sangat
menyukai orang yang berbahasa baik dan benar, memandang orang-orang
yang keliru dengan sebelah mata dan menyingkirkan mereka”.

Umar bin Khaththab pernah mengomentari cara memanah beberapa orang
dengan berucap: "Alangkah buruk bidikan panah kalian". Mereka
menjawab,”
قَوْمٌ مُتَعَلِّمِيْنَ نَحْنُ (kami adalah para pemula), [4]” maka
Umar berkata, ”Kesalahan berbahasa kalian lebih fatal menurutku
daripada buruknya didikan kalian… "[5]

2. Perhatian Salaf Terhadap Bahasa Arab.
Umar bin Khaththab pernah menulis surat kepada Abu Musa yang berisi
pesan: "Amma ba'du, pahamilah sunnah dan pelajarilah bahasa Arab".

Pada kesempatan lain, beliau mengatakan: "Semoga Allah merahmati orang
yang meluruskan lisannya (dengan belajar bahasa Arab)".

Pada kesempatan lain lagi, beliau menyatakan: "Pelajarilah agama, dan
ibadah yang baik, serta mendalami bahasa Arab".

Beliau juga mengatakan: "Pelajarilah bahasa Arab, sebab ia mampu
menguatkan akal dan menambah kehormatan". [6]

Para ulama tidak mengecilkan arti bahasa Arab. Mereka tetap memberikan
perhatian yang besar dalam menekuninya, layaknya ilmu syar'i lainnya.
Sebab bahasa Arab adalah perangkat dan sarana untuk memahami ilmu
syariat.
Imam Syafi’i pernah berkata: “Aku tinggal di pedesaan selama dua puluh
tahun. Aku pelajari syair-syair dan bahasa mereka. Aku menghafal Al
Qur’an. Tidak pernah ada satu kata yang terlewatkan olehku, kecuali
aku memahami maknanya".

Imam Syafi’i telah mencapai puncak dalam penguasaan bahasa Arab,
sehingga dijuluki sebagai orang Quraisy yang paling fasih pada
masanya. Dia termasuk yang menjadi rujukan bahasa Arab.

Ibnul Qayyim juga dikenal memiliki perhatian yang kuat terhadap bahasa
Arab. Beliau belajar kepada Ibnul Fathi Al Ba'li kitab Al Mulakhkhash
karya Abul Baqa`, Al Jurjaniyah, Alfiyah Ibni Malik, Al Kafiyah Asy
Syafiah dan At Tashil. Beliau juga belajar dari Ali bin Majd At Tusi.

Ulama lain yang terkenal memiliki perhatian yang besar terhadap bahasa
Arab adalah Imam Syaukani. Ulama ini menimba ilmu nahwu dan sharaf
dari tiga ulama sekaligus, yaitu : Sayyid Isma'il bin Al Hasan,
Allamah Abdullah bin Ismail An Nahmi, dan Allamah Qasim bin Muhammad
Al Khaulani.

3. Anak-Anak Khalifah Juga Belajar Bahasa Arab.
Para khalifah, dahulu juga memberikan perhatian besar terhadap bahasa
Arab. Selain mengajarkan pada anak-anak dengan ilmu-ilmu agama, mereka
juga memberikan jadwal khusus untuk memperdalam bahasa Arab dan
sastranya. Motivasi mereka, lantaran mengetahui nilai positif bahasa
Arab terhadap gaya ucapan mereka, penanaman budi pekerti, perbaikan
ungkapan dalam berbicara, modal dasar mempelajari Islam dari
referensinya. Oleh karena itu, ulama bahasa Arab juga memiliki
kedudukan dalam pemerintahan dan dekat dengan para khalifah. Para
pakar bahasa menjadi guru untuk anak-anak khalifah.

Al Ahmar An Nahwi berkata,”Aku diperintahkan Ar Rasyid untuk
mengajarkan sastra Arab kepada anaknya, Muhammad Al Amin. Al Makmun
dan Al Amin juga pernah dididik pakar bahasa yang bernama Abul Hasan
'Ali bin Hamzah Al Kisai yang menjadi orang dekat Khalifah. Demikian
juga pakar bahasa lain yang dikenal dengan Abu Ishaq Ibrahim bin
Muhammad bin As Sari mengajari anak-anak Khalifah Al Mu'tadhid
pelajaran bahasa Arab. Juga Abu Qadim Abu Ja'far Muhammad bin Qadim
mengajari Al Mu'taz sebelum memegang tampuk pemerintahan”.

PENGARUH BAHASA ARAB UNTUK PENDIDIKAN
1. Mempermudah Penguasaan Terhadap Ilmu Pengetahuan.
Islam sangat menekankan pentingnya aspek pengetahuan melalui membaca.
Allah berfirman.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

Bacalah dengan nama Rabb-mu yang menciptakan. [Al 'Alaq : 1].

Melalui bahasa Arab, orang dapat meraih ilmu pengetahuan. Sebab bahasa
Arab telah menjadi sarana mentransfer pengetahuan.

Bukti konkretnya, banyak ulama yang mengabadikan berbagai disiplin
ilmu dalam bait-bait syair yang lebih dikenal dengan nazham (manzhumah
atau nazhaman). Dengan ini, seseorang akan relatif lebih mudah
mempelajarinya, lantaran tertarik pada keindahan susunannya, dan
menjadi keharusan untuk menghafalnya bagi orang yang ingin benar-benar
menguasainya dengan baik.

Sebagai contoh, kitab Asy Syathibiyah Fi Al Qiraati As Sab'i Al
Mutawatirati 'Anil Aimmati Al Qurrai As Sab'ah, adalah matan syair
yang berisi pelajaran qiraah sab'ah, karangan Imam Al Qasim bin Firah
Asy Syathibi. Buku lain berbentuk untaian bait syair. Kemudian Al
Jazariyah, yaitu buku tentang tajwid karya Imam Muhammad bin Muhammad
Al Jazari. Dalam bidang ilmu musthalah hadits, ada kitab Manzhumah Al
Baiquniyah, karya Syaikh Thaha bin Muhammad Al Baiquni. Dan masih
banyak contoh lainnya.

2. Meningkatkan Ketajaman Daya Pikir.
Dalam hal ini, Umar bin Khaththab berkata,”Pelajarilah bahasa Arab.
Sesungguhnya ia dapat menguatkan akal dan menambah kehormatan.”

Pengkajian bahasa Arab akan meningkatkan daya pikir seseorang,
lantaran di dalam bahasa Arab terdapat susunan bahasa indah dan
perpaduan yang serasi antar kalimat. Hal itu akan mengundang seseorang
untuk mengoptimalkan daya imajinasi. Dan ini salah satu factor yang
secara perlahan akan menajamkan kekuatan intelektual seseorang.
Pasalnya, seseorang diajak untuk merenungi dan memikirkannya.
Renungkanlah firman Allah:

وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَآءِ فَتَخْطَفُهُ
الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ

Barangsiapa yang menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh. [Al Hajj : 31].

Lantaran dahsyatnya bahaya syirik kepada Allah, maka permisalan orang
yang melakukannya bagaikan sesuatu yang jatuh dari langit yang
langsung disambar burung sehingga terpotong-potong tubuhnya. Demikian
perihal orang musyrik, ketika ia meninggalkan keimanan, maka
syetan-syetan ramai-ramai menyambarnyanya sehingga terkoyak dari
segala sisi, agama dan dunianya, mereka hancurkan. [7]

3. Mempengaruhi Pembinaan Akhlak.
Orang yang menyelami bahasa Arab, akan membuktikan bahwa bahasa ini
merupakan sarana untuk membentuk moral luhur dan memangkas perangai
kotor.

Berkaitan dengan itu, Ibnu Taimiyah berkata: “Ketahuilah, perhatian
terhadap bahasa Arab akan berpengaruh sekali terhadap daya
intelektualitas, moral, agama (seseorang) dengan pengaruh yang sangat
kuat lagi nyata. Demikian juga akan mempunyai efek positif untuk
berusaha meneladani generasi awal umat ini dari kalangan sahabat,
tabi'in dan meniru mereka, akan meningkatkan daya kecerdasan, agama
dan etika”. [8]

Misalnya, penggalan syair yang dilantunkan Habib bin Aus yang
menganjurkan berperangai dengan akhlak yang baik :

يـَعِيْشُ المْـَرْءُ مَا اسْتَحْيـَا بِخَيْرٍ وَيَبْـقَى العُودُ مَا
بَقِيَ اللِّحَاءُ
فَلاَ وَاللهِ مَا فِي العَيْشِ خَيْـــرٌ وَلاَ الدُّنْيـَا إِذَا
ذَهَبَ الْحَيَاءُ

Manusia senantiasa dalam kebaikan, selama ia mempunyai rasa malu
Batang pohon senantiasa abadi, selama kulitnya belum terkelupas
Demi Allah, tidak ada sedikit pun kebaikan dalam kehidupan,
Demikian juga di dunia, bila rasa malu telah hilang sirna

Juga ada untaian syair yang melecut orang agar menjauhi tabiat buruk.
Imam Syafi'i mengatakan:

إِذَا رَمَيْتَ أَنْ تَحْيَا سَلِيْمًا مِنَ الرَّدَى وَدِيْنُكَ
مَوْفُوْرٌ وَعِرْضُـكَ صَيـِّنُ
فَلاَ يَنْطِقـَنَّ مِنْكَ اللِّساَنُ بِسَـوءَةٍ فَكُلُّــكَ سَوْءَاتٌ
وَلِلنَّاسِ أَعْيـُنُ

Bila dirimu ingin hidup dengan bebas dari kebinasaan,
(juga) agamamu utuh dan kehormatanmu terpelihara,
Janganlah lidahmu mengungkit cacat orang,
Tubuhmu sarat dengan aib, dan orang (juga) memiliki lidah.

Jadi, bahasa Arab tetap penting, Bahkan menjadi ciri khas kaum
muslimin. Seyogyanya menjadi perhatian kaum muslimin. Dengan memahami
bahasa Arab, penguasaan terhadap Al Qur’an dan As Sunnah menjadi lebih
mudah. Pada gilirannya, akan mengantarkan orang untuk dapat menghayati
nilai-nilainya dan mengamalkannya dalam kehidupan.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun IX/1426H/2005M.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
logoblog

No comments:

Post a Comment